Tuesday, July 13, 2010

Belajar Dari Kasus Ariel-Lucuti

Mungkin saat ini Nazril Irham alias Ariel Peterpan, Luna Maya, dan Cut Tari merupakan publik figur yang kehidupannya paling tidak nyaman gara-gara perzinahan mereka yang direkam Ariel dengan kamera telepon selular, tersebar hingga ke seluruh dunia. Tapi inilah konsekuensi atas apa yang mereka lakukan, karena baik buruknya perbuatan manusia, pasti ada dampaknya.
Perzinahan, dalam agama manapun, merupakan hal terlarang, karena perzinahan tak hanya berisko menularkan penyakit kelamin, tapi juga mengakibatkan rusaknya martabat pelaku dan rusaknya hubungan yang telah terbina.

Bahkan di wilayah-wilayah yang masih memegang teguh ajaran Islam, termasuk Provinsi Nangroe Aceh Darussalam (NAD), pelaku perzinahan dihukum rajam hingga mati.
Hingga akhir abad 20, Indonesia termasuk negara yang masih menabukan hubungan yang berpotensi menimbulkan perzinahan, seperti kumpul kebo dan seks bebas. Meski hampir di seluruh provinsi di Indonesia terdapat bisnis prostitusi legal dan ilegal. Namun seiring kemajuan zaman dan kian kuatnya pengaruh era globalisasi, kondisi ini bergeser, sehingga hubungan seks pranikah marak dilakukan, bahkan oleh mahasiswa/i, siswa SMA, dan SMP! Anak bangsa ini memang telah mengalami degradasi moral yang luar biasa. Tak heran jika sebelum kasus Luna Maya-Cut Tari (Lucuti) dan Ariel Peterpan meledak sebulan lalu, sudah ada pesohor yang terjerembab kasus video mesum, yakni penyanyi dandut Maria Eva yang berzinah dengan anggota DPR.

Yang menarik, seiring dengan terjadinya degradasi moral, muncul pula perilaku menyimpang dari para pelaku perzinahan. Seperti kasus Ariel-Lucuti dan Maria Eva, Ariel dan Maria tak segan-segan mendokumentasikan hubungan perzinahan mereka dengan kamera telepon selular dan handycam. Saya belum menemukan nama yang tepat untuk perilaku seperti ini, meski telah berkali-kali 'bertanya kepada Mr. Google". Namun dalam dunia psikiater ada nama yang mirip dengan perilaku seperti ini, yaitu Eksibisionisme. Pelaku eksibisionisme adalah pelaku yang gemar mempertontonkan bagian-bagian tubuhnya secara terbuka kepada publik, dan merasa puas jika yang melihatnya tergiur. Namun demikian apapun namanya, perilaku ini jelas berisiko dan tercela, dan Ariel-Lucuti jelas merasakan akibatnya sekarang, meskipun ada dalih, ketika perzinahan itu direkam, hasilnya hanya untuk kepentingan pribadi.
Pelajaran apa yang kita petik dari kasus ini? Terlepas dari adanya orang yang memang dengan sengaja ‘mencuri’ rekaman perzinahan Ariel-Lucuti, dan kemudian menyebarkannya via internet, yang pasti Tuhan telah mengingatkan agar kita tidak berzina karena akibatnya sungguh menghancurkan, seperti tsunami menghancurkan bumi Serambi Mekah pada Desember 2004.

No comments:

Post a Comment