Monday, May 24, 2010

The Losers : Aksi Seru Pasukan Yang Terlupakan

Film yang diadaptasi dari cerita komik, kembali meramaikan industri perfilman dunia. Setelah Hulk, Spiderman, Fantastic Four, Iron Man, Batman, Solomon Kane, dan Kick-Ass, kini hadir The Losers. Bedanya, jika Hulk cs merupakan produk Marvel Comics, The Losers produk Vertigo Comics.
Anda mungkin masih asing dengan cerita komik yang satu ini, tapi jangan khawatir, dengan komedi-komedi cerdas yang disisipkan dalam film ini, plus dengan Chris Evans sebagai salah seorang pemerannya jika Anda memang mengidolakan dia, Anda akan sangat terhibur menyaksikan film action yang sarat efek canggih ini.

The Losers berkisah tentang sebuah pasukan khusus yang dikhianati oleh seseorang dalam pemerintah AS bernama Max dan membuat mereka malah menjadi target operasi. Clay, ketua pasukan; Cougar, ahli tembak jarak jauh; Jensen, ahli komunikasi dan teknologi; Pooch, ahli transportasi dan senjata berat; serta Roque, ahli strategi, terpaksa berpura-pura mati saat melaksanakan tugas mereka di Bolivia. Ini juga berarti mereka melepaskan jabatan mereka sebagai anggota militer sekaligus menjadi buronan yang diincar CIA.
Terjebak di Bolivia, seorang perempuan misterius bernama Aisha tiba-tiba saja muncul dan menawarkan bantuan kepada para anggota The Losers untuk membunuh Max, tanpa mereka tahu bahwa perempuan tersebut juga memiliki dendam pribadi kepada Max. Walaupun pada awalnya ragu, akhirnya mereka memulai sebuah misi balas dendam yang akan menguak kebenaran dan mempertemukan mereka dengan Max.
Dibintangi oleh Jeffrey Dean Morgan (Watchmen, P.S. I Love You), Zoe Saldana (Star Trek, Avatar), Chris Evans (Fantastic Four, Push), Idris Elba, Columbus Short serta Oscar Jaenada, film keluaran Warner Bros Pictures dengan durasi 103 menit ini akan memberikan kesan tersendiri bagi Anda, seperti ketika Anda menyaksikan film2 lain yang diadaptasi dari komik.

Thursday, May 20, 2010

Gesang Berpulang

Keinginan komponis legendaris Gesang untuk dapat terus bernyanyi, pupus sudah, karena Kamis (20/5) pukul 18.00, komponis music keroncong tersebut dipanggil Tuhan YME saat masih dalam perawatan dokter RS PKU Muhammadiyah Solo.
Menurut Yani, keponakan almarhum kepoada Kompas.com, Gesang yang dirawat sejak 12 Mei 2010 di RS PKU Muhammadiyah Solo sempat dirawat di intensive care unit (ICU) karena tak sadarkan diri.

“Sebenarnya, setelah dirawat beberapa hari, kondisi kesehatan Pak Gesang sempat membaik, bahkan sempat bisa berbicara. Namun sejak Kamis siang kondisi kesehatannya menurun, hingga mengembuskan napas terakhirnya,” kata dia.
Gesang yang lahir dengan nama lengkap Gesang Martohartono disemayamklan di rumah duka di Jalan Bedoyo 5, Kampung Kemlayan, Kecamatan Serengan, Solo, dan akan dimakamkan hari ini, Jumat (21/5), di TPU Pracimaloyo, Solo. Sebelum berpulang, pencipta lagu ‘Bengawan Solo’ dan ‘Jembatan Merah’ yang lahir di Solo pada1 Oktober 1917 ini sempat berpesan melalui keluarganya, agar masyarakat melestarikan keroncong sebagai bagian dari seni dan budaya Indonesia.
Selamat jalan Pak Gesang. Karyamu abadi di dunia ini, dan semoga Allah SWT menerima semua amal ibadahmu, dan menempatkan Bapak pada sebaik-baiknya tempat di sisi-Nya.

Curug Gendang Nan Menawan

Indonesia kaya akan lokasi-lokasi indah nan menawan, dan berpotensi mendatangkan income yang luar biasa bagi negara. Selain bukit, gunung, dan laut, lokasi wisata yang selalu menyedot minat wisatawan adalah air terjun. Dengarkan suara tumpahan airnya yang bergemuruh, gemericik airnya yang mengalir di antara bebatuan, dan rasakan sejuknya air itu dengan berenang-renang di airnya.
Di Kecamatan Carita, Kabupaten Pandeglang, Banten, juga ada air terjun yang sangat terkenal. namanya Curug Gendang. Sudah pernah mengunjunginya?

Berada di ketingian 170 meter dari permukaan laut, dan memiliki ketinggian 7 meter, air terjun ini akan memesona Anda. Mengapa air terjun yang berumber mata air dari hulu Gunung Pangajaran ini disebut Curug Gendang?
Curug adalah bahasa Sunda, yang jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berarti air terjun. Sedang gendang merupakan alat musik tabuh khas masyarakat sunda yang terbuat dari kayu dan kulit kambing atau kerbau. Jadi Curug Gendang berarti air terjun gendang.
Aneh? Tentu saja tidak, karena menurut warga setempat, suara tumpahan air dari puncak Curug Gendang ke kolam berkedalaman 13 meter dan memiliki luas 10 meter di bawahnya, memang mirip suara gendang. Semula, curug ini dinamakan Curug Citajur, namun karena suaranya itulah curug ini lebih dikenal dengan nama Curug Gendang.
Untuk mencapai lokasi wisata menawan ini, Anda harus merintis sebuah jalan milik Perum Perhutani yang berada persis di depan Pantai Carita. Setelah beberapa ratus meter merintis jalan ini, Anda akan mendapati pos penjagaan dan lokat tempat menjual karcis ke curug. Dari Jl. Raya Carita tempat dimana Pantai Carita berada hingga pos ini, Anda dapat menggunakan kendaraan roda dua atau roda empat. Tapi setelah melewati pos hingga ke curug, hmmm ... Anda harus berjalan kaki.
Tapi jangan khawatir, meski jarak antara pos dengan curug sekitar 2 kilometer, Anda dijamin takkan bete, karena Anda harus melalui jalan setapak yang di kiri atau kanannya membentang jurang-jurang berkedalaman hingga belasan meter. Jalan setapak ini juga terjal dan licin jika setelah diterpa hujan. Tapi di sinilah asyiknya. Jika Anda senang traveling, jalan yang harus Anda lalui ini akan menjadi pengalaman mengesankan yang takkan terlupakan dan takkan pernah Anda keluhkan. Apalagi karena di sepanjang jalan terdapat pohon-pohon besar, rindang, dan di antaranya ada yang beusia ratusan tahun. Tertarik?
Ada hal menarik yang akan Anda temui di sepanjang perjalanan menuju curug. Yakni banyaknya binatang liar nan jinak, seperti kera, berkeliaran. Dan ketika Anda telah mencapai ketinggian tertentu di dekar curug, Anda akan mendapati pemandangan yang amat mengesankan nun di bawah sana, di permukaan bumi, karena Anda akan melihat hamparan laut nan biru, lengkap dengan semua sarana dan prasarana, plus aktifitas orang-orangnya.
Begitu tiba di curug, hmmmm .... nikmati suara gemuruh tumpahan airnya yang bak suara gendang, dan suara gemericik airnya yang bening yang mengalir di antara bebatuan. Air ini pun dingin sekali, dan amat menyegarkan. Anda rugi jika tidak mencoba menikmatinya, minimal dengan bermain ciprat-cipratan air, dan berfoto ria. Curug genang memang tidak kalah dengan curug lain di dunia.
Konon di masa peperangan melawan penjajah Belanda dulu, Curug Gendang kerap dijadikan lokasi persembunyian para pejuang yang sedang dikejar Belanda. Kini, curug Gendang tak hanya menjadi lokasi wisata, tapi juga menjadi salah satu pilihan tempat bagi mereka-mereka yang ingin camping.
Wellcome ini Curug Gendang!

Maia Diramal Menikah Oktober 2010

Aktris sekaligus penyanyi, Maia Estianty mengaku terkejut ketika mengetahui Mama Lauren meninggal dunia. Mantan istri Ahmad Dhani ini mengetahui Senin (17/5) malam melalui seorang teman yang menginformasikannya lewat BlackBerry Messenger (BBM).
“Aku lagi nge-DJ malam itu disuatu klab di Jakarta, pas dapat BBM itu sumpah aku kaget banget. Bagi aku dia adalah seorang dewi keberuntungan yang dimiliki Indonesia,” paparnya di Jakarta, Rabu (19/5).

Ibu tiga orang putra ini terakhir kali bertemu dengan sang peramal saat menjelang akhir 2009. “Waktu itu diundang stasiun televisi untuk mengisi acara. Eh nggak tahunya ada Mama Lauren juga. Kan itu acaranya Eko Patrio jadi dia (Eko) minta Mama Lauren meramal jodoh aku. Padahal aku nggak mau diramal lho,” lanjutnya dengan tersenyum.
Wanita kelahiran Surabaya 27 Januari 1976 ini sontak terkejut ketika sang peramal membisikinya “undang-undang yah Bulan Oktober 2010”. “Wah….aku kaget bangetlah padahal aku kan nggak punya pasangan kok tahu-tahu undang-undang,” tandas Maia.
Namun, pelantun tembang "Lelaki Buaya Darat" ini tak diberi tahu perihal kejelasan siapa yang mendampinginya kelak. “Mama nggak pernah bilang kriterianya seperti apa, tapi katanya orang luar gitu saja. Nah…lho aku nggak tahu orang luar itu siapa dan seperti apa,” papar Maia kemudian tertawa.
Maia sendiri sampai saat ini masih menikmati masa kesendiriannya. Baginya, tak mudah untuk mendapatkan seseorang yang akan menemaninya sampai akhir hayatnya.
“Susahlah karena aku kan sudah terbiasa sendiri. Kalau ramalan itu benar ya syukuri saja tapi kalau nggak ya semuanya kembali sama Allah. Aku serahkan semuanya sama Allah."
Masalah kriterianya juga serahkan sama Allah. Target juga belum ada. "Pengusaha yang tiga orang itu ya mana? Toh buktinya sampai sekarang aku masih sendiri. Kalau Al (anak pertama Maia) nggak mau punya ayah tiri, dia maunya ayah dan ibu kandungnya,” tegasnya.
Sebelumnya Maia juga pernah diramal Mama Lauren pada 2007. Kala itu mereka sedang bertemu dalam suatu acara. "Iya waktu itu Mama bilang kalau aku akan pisah sama Mas Dhani tapi aku cuek saja. Eh...ternyata benar ramalan dia,"katanya. Kendati apa yang diramalkan Mama Lauren terjadi pada dirinya tak lantas membuat Maia menjadi percaya pada ramalan. (tempointeraktif)

Wednesday, May 19, 2010

Gesang Tetap Ingin Menyanyi

Pencipta lagu 'Bengawan Solo,' Gesang sampai saat ini masih berjuang melawan sakit yang dideritanya. Gesang yang kini terbaring lemah itu pun rupanya tetap ingin menyanyi.
"Semalam Simbah (Gesang) meracau dan sangat lemah. Kami khawatir juga. Inginnya ngomong dan bahkan menyanyi, tapi terlihat sudah kelu. Tapi kondisi pagi ini relatif stabil untuk ukuran pasien sakit seusia beliau. Pagi ini dilakukan pemeriksaan paru dan jantung," ujar Yani Effendi, keponakan Gesang.

Di saat lemahnya kondisi Gesang, ada kabar burung beliau telah meninggal. Tentu kabar tersebut tidak benar. Hingga kini, Gesang masih dalam kondisi stabil di ruang ICU RS PKU Muhammadiyah, Solo, Jawa Tengah.
Gesang merupakan salah satu musisi Tanah Air yang menjadi legenda di masyarakat. Tak hanya di Indonesia, lagu 'Bengawan Solo' miliknya pun mengalir sampai Jepang.
Pria dengan nama lengkap Gesang Martohartono itu lahir di Surakarta, Jawa Tengah, 1 Oktober 1917. Artinya pada Oktober 2010 mendatang, usianya akan memasuki 93 tahun.
Meski sudah berusia lanjut, Gesang membuktikan ia tetap bisa berkarya. Pada usia 85 tahun, Gesang merekam suaranya untuk album berjudul 'Keroncong Asli Gesang yang diproduksi PT Gema Nada Pertiwi (GMP) Jakarta.
Sudah empat kali PT GMP memproduksi album khusus Gesang, yaitu pada tahun 1982, 1988, 1999, dan tahun 2002. Dari 14 lagu dalam rekaman compact disk (CD), enam di antaranya merupakan lagu yang belum pernah direkam. Yaitu Seto Ohashi”tahun 1988, Tembok Besar”tahun 1963, Borobudur”tahun 1965, Urung”tahun 1970, Pandanwangi”tahun 1949, dan Swasana Desa”tahun 1939. Selebihnya lagu-lagu lama karya Gesang, seperti Sebelum Aku Mati, Pamitan dan tentu saja Bengawan Solo.
Bicara Gesang, tidak bisa lepas dari kesederhanaannya. Meski mendapat royalti yang lumayan dari lagu-lagunya, pria yang juga menciptakan sejumlah langgam Jawa itu tidaklah tinggal di rumah yang mewah. Rumahnya tipe 36 di Perumnas Palur itupun merupakan pemeberian dari almarhum Soepardjo Roestam saat menjabat Gubernur Jateng. Hingga pada 2004, sejumlah penggemar dari Jepang memberikan rumah baru bagi komponis pujaan mereka di Jl Gatot Subroto Gang II, No 79 Surakarta, Jawa Tengah.
Gesang yang hidup dalam kesederhaan itu sudah beberapa kali masuk rumah sakit. Pada April 2007, ia pernah terkena radang usus. Pria yang pernah bercerai tanpa anak dan memutuskan tidak menikah lagi itu juga sempat menjalani operasi prostat pada Januari 2010.
Kini Gesang kembali terbaring di ruang ICU di RS PKU Muhammadiyah, Solo, Jawa Tengah. Kondisi jantung dan paru-parunya lemah Semoga ia kembali sehat, dan bisa kembali mengalir sampai jauh seperti 'Bengawan Solo.'

Tuesday, May 18, 2010

Robin Hood, Si Jantan Yang Diubah Menjadi Flamboyan

Kisah Robin Hood telah berkali-kali difilmkan. Terakhir dirilis beberapa tahun lalu dengan dibintangi Kevin Costner, dan sukses besar. Bahkan sound tracknya, "Everything I Do, I Do It For You" yang dilantunkan Brian Adam, sempat nangkring di tangga-tangga lagu di seluruh dunia selama beberapa pekan. Kini Robin Hood hadir lagi di bioskop dengan peran utama Russel Crowe yang sukses membintangi 'Gladiator', 'Beautifull Mind', dan lain-lain. Apa lagi yang bisa diceritakan dari kisah perampok berhati mulia dari Hutan Sherwood, Inggris, itu?

Agar tidak menjemukan dan klise, Ridley Scott yang terkenal pintar menafsir kisah-kisah epik sejarah dengan tafsir kontemporer, dan sukses dengan film 'Kingdom of Heaven', 'Gladiator' dan 'Duelist', berhasil mempermak legenda Robin Hood yang selama ini diasumsikan sebagai kisah dongeng remaja dan anak-anak, menjadi sebuah kisah baru yang lebih segar, hidup dan menyejarah. Tanpa kompromi, Scott menafsir ulang karakter Robin Hood secara modern. Sang perampok budiman itu dihidupkan kembali dengan karakter yang lebih jantan, lugas dan membumi. Ia bukan seorang bangsawan bercelana hijau ketat dengan panah selalu di punggung, dan gerak tubuh seorang jagoan flamboyan, melainkan ditampilkan sebagai seorang Robin Longstride berstatus prajurit rendahan yang ahli memanah, yang belakangan mengetahui kalau dirinya hanya anak seorang tukang batu.
Alkisah, pada awal abad 12, tepatnya tahun 1199, kondisi kerajaan Inggris sedang serba semrawut. Kerajaan itu terancam bangkrut. Harta kekayaan kerajaan terkuras untuk membiayai petualangan perang raja Richard sang Lion Heart, dalam perang salib.
Malangnya, dalam perjalanan pulang dari Yerusalem, Richard tewas, saat memimpin upaya penahlukan sebuah kastil kerajaan Perancis. Kondisi caos akibat tewasnya raja Richard ini, dimanfaatkan Robin yang tengah dihukum karena kasus "ketidaksopanan" terhadap sang raja, untuk desersi.
Dalam pelarian, tanpa sengaja Robin berhasil menggagalkan upaya perampasan mahkota Raja Richard, oleh Sir Godfrey, oknum pejabat kerajaan Inggris, yang berkhianat, dan bersekutu diam-diam dengan Raja Phillip dari Perancis.
Insiden ini kemudian menuntun Robin menuju Nottingham, dan menemukan sejarah hidup serta takdirnya sebagai seorang legenda.

Tanpa Embel-embel
Film 'Robin Hood' yang tanpa embel-embel tambahan judul apapun ini, memang seperti sebuah prekuel dari berbagai kisah legenda Robin Hood yang selama ini sering dikisahkan. Kisah film ini, bertutur tentang perjuangan dan sepak-terjang Robin Longstride, hingga akhirnya dia menjadi buronan kerajaan, dan masuk hutan Sherwood menjadi penjahat budiman yang dikagumi.
Kisah dan penokohan dalam film, yang skenarionya ditulis Brian Helgeland ini, mengalami perubahan signifikan. Robin jadi rakyat biasa. Raja Richard, yang pada banyak kisah Robin Hood sebelumnya, digambarkan hidup dan pulang untuk merebut kembali tahta kerajaan Inggris, sudah dimatikan sang sutradara di awal cerita.
Dan hei Lady Marion (diperankan dengn bersinar oleh Cate Blancett), kekasih pahlawan kita itu diberi tafsir feminis. Di film ini, Marion bukan lagi Maid Marion, seorang putri cantik, yang tidak berdaya menungggu dibebaskan sang pangeran. Melainkan seorang perempuan penuh warna, yang cerdas dan tidak takut bertempur.
Menyenangkan melihat chemistry antara Russel Crowe dan Cate Blanchett sebagai pasangan kisah legenda itu. Tak ada soundtrack sejenis 'Everything I Do I Do It For You' yang membuat kelepek-kelepek perempuan era 1990-an. Tapi romantisme Robin-Marion, mampu dihadirkan dua peraih Oscar asal Australia tersebut dengan sangat natural, namun menggemaskan.
Bila ada cacat kecil yang bisa mengganggu kenikmatan menonton film ini, mungkin adalah imej dan tampilan fisik Russel Crowe, yang dengan segera akan mengingatkan kita pada karakter Maximus, yang dimainkannya dalam film 'Gladiator'. Meski sebagai Robin Hood, Crowe tidak bermain buruk, namun terasa sekali tidak ada usaha radikal untuk, misalnya, mengubah tampilan fisik Russell. Namun, cacat kecil tidak ada artinya, dibanding kegemilangan duet Scott-Russell menafsir kisah klasik ini, menjadi kisah sejarah kontemporer yang cerdas, dan kontekstual.
Orasi Robin Longstride, di tugu Magna Carta (sesaat sebelum bangsawan dan rakyat Inggris bersatu melawan Perancis) untuk mendesak Raja John mengakui kedaulatan warganya, sebelum ia menuntut kesetiaan rakyatnya, adalah pesan penuh amarah yang hingga kini masih sering kita dengar, di berbagai pojok dunia yang penuh penderitaan ini. (detik.com)