Tuesday, October 12, 2010

Facebook Bertahan di Puncak Box Office Amerika Utara

Selama dua pekan berturut-turut film tentang Facebook, The Social Network, merajai puncak box offcie Amerika Utara. Pasalnya, pada pemutaran Jumat-Minggu (8-10 Oktober 2010), film ini kembali meraup pemasukan tertinggi dibanding film-film lain yang diputar pada saat bersamaan. Meskipun penjualan tiket merosot 15% dibanding pada pemutaran di akhir pekan pada pekan pertama.

Pada akhir pekan kemarin, 8-10 Oktober 2010, sepasang pendatang baru, Life As We Know It yang bergenre komedi romatis, dan The Secretariat yang bercerita tentang pacuan kuda, berusaha menggeser Facebook dari posisi puncak, namun gagal. Life As We Know It hanya mampu menduduki urutan kedua dengan perolehan US$14,6 juta, dan The Secretariat hanya membukukan US$12,6 juta. Sementara The Social Network mampu meraup US$15,5 juta.
Mengapa film ini sukses besar?
Menurut Kolumnis The New York Times, David Carr, setelah menonton The Social Network, penonton akan pulang dengan dua kesan, yakni memuja atau kasihan pada Mark Zuckerberg, sang pendiri Facebook.
"Film itu bisa untuk membagi generasi tua ataupun muda berdasarkan anggapan mereka tentang ambisi dan caplok-mencaplok dalam bisnis," katanya. Meski Carr tak mengingkari kalau film yang diangkat dari buku The Accidental Billionaires karangan Ben Mezrich itu banyak bumbu-bumbu fiksi.
Menurut Carr, orang yang lebih tua akan prihatin terhadap Mark Zuckerberg (diperankan Jesse Eisenberg), anak muda yang mengkhianati teman-temannya, para mitranya, bahkan prinsipnya sendiri demi harta dan ketenaran. Sebaliknya, generasi muda yang dibesarkan pada era Facebook, akan melihat Zuckerberg,  sebagai orang yang jeli mengambil kesempatan dan meraihnya dengan upaya keras, cukup lewat papan ketik dan meng-coding hal yang belum pernah dilakukan orang lain.
Kolumnis New York Times itu menulis bahwa kalangan muda segenerasi dengan Zuckerberg berpikiran bahwa, untuk menghasilkan karya besar, wajar jika ada yang dikorbankan. (Sesuai dengan tagline film tersebut You don't get to 500 million friends without making a few enemies along the way.)
Soal dua persepsi dari film tersebut diakui oleh Scott Rudin, salah satu produser The Social Network. Menurut dia, penonton "tua" akan menilai Zuckerberg sebagai sosok tragis yang mengawali sesuatu dengan baik, tapi selanjutnya menyedihkan.
"Kalangan muda akan melihat Zuckerberg sebagai sosok yang benar-benar maju, selebritis, dan bertekad bulat melindungi sesuatu yang telah dia buat," katanya.
Sosok Zuckerberg tentunya tak baik secara sosial tapi dia mewujudkan optimisme dan kreativitas milenium. Dalam skenario yang ditulis Aaron Sorkin, Zuckerberg dicitrakan sebagai sosok autis sosial yang brilian sekaligus angkuh, dua modal yang membuat dia menjadi miliuner termuda.
Zuckerberg, seperti digambarkan orang-orang di sekelilingnya dalam film itu, adalah sosok yang hanya berfokus melihat masa depannya. Saat orang di sekelilingnya tak bisa seiring dengan visinya, dia akan menggilas atau menghempaskan mereka.
"Mereka itu korban atau hambatan, tergantung cara pandang Anda, merenungi sesuatu yang sudah terjadi atau selalu menatap jalan di depan yang penuh peluang," kata Carr.
Cara pandang yang berbeda itu dirasakan juga oleh Eisenberg yang memerankan tokoh utama film itu. "Orang tua akan bilang peranku sangatlah jahat, tapi orang muda punya pandangan lain. Mereka bilang, sosok ini jenius, lihat hal yang dia ciptakan," katanya lagi.
Facebook asli memang tidak happy dengan film itu, terlihat dari pernyataan-pernyataan mereka. Reaksi lainnya adalah Zuckerberg asli yang "tiada angin tiada hujan" menyumbang US$100 juta untuk sekolah-sekolah di Newark seiring beredarnya The Social Network.
Facebook maupun Zuckerberg menyebut penghianatan yang ada di film itu adalah fiksi. Lewat majalah New Yorker, Zuckerberg membantah jika karakternya seperti yang digambarkan di film tersebut. Tapi, dia juga mengakui dirinya sedikit tersanjung dengan citra mahasiswa tingkat 2 yang sombong.
Dalam wawancara lain dengan Oprah Winfrey, Zuckerberg mengatakan bahwa film itu karya khayalan dan menyebut kehidupannya tidak sedramatis itu. "Enam tahun terkakhir lebih banyak meng-coding, fokus dan bekerja keras," katanya.
Namun terlepas dari semua ini, kehadiran The Social Network. di dunia perfilman memang dapat memberikan isnpirasi bagi sineas Indonesia untuk bagaimana mereka dapat berkarya demi membangun kondisi perfilman yang kondusif. Dalam dua pekan tayang, film yang diproduksi Columbia Pictures tersebut telah mengantungi pemasukan US$46,1 juta. Luar biasa.

Berikut daftar Box Office Akhir Pekan kemarin di Amerika Utara ;
1. The Social Network
2. Life as We Know It
3. The Secretariat
4. Legend of The Guardians: The Owls of Ga'Hoole
5. My Soul to Take
6. The Town
7. Wall Street : Money Never Sleep
8. Easy A
9. Case 39
10. You Again

No comments:

Post a Comment